Setiap dari kita tentu tahu penanggalan berdasarkan Masehi, penanggalan ini sudah lama digunakan sejak lebih dari empat abad. Tapi sedikit dari kita umat Muslim yang mengetahui penanggalan Hijriyah.
Mau coba jawab?
Okay, tanggal berapa Hijriyah hari ini ketika kamu baca tulisan ini?
Kalau kamu masih coba-coba cari atau lihat penanggalan Hijriyah di salah satu aplikasi atau kalender kamu, berarti kamu masih perlu cari tahu tentang penanggalan Hijriyah ini. Sebab setiap peristiwa penting di agama Islam ditentukan berdasarkan pergerakan bulan dan dilihat menggunakan penanggalan ini.
Dalam penanggalan Hijriyah, Allah ﷻ telah menentukan empat bulan haram disisi-Nya. Empat bulan ini juga sudah digunakan oleh masyarakat Jahiliyah (suku Arab sebelum Islam) sejak sebelum Islam hadir ditengah mereka.
Sebab pengagungan ke-empat bulan haram ini, suku Arab di zaman Jahiliyah bahkan meninggalkan perang, menjauhi perbuatan keji, dan tidak akan menyerang musuh mereka sampai berakhirnya bulan haram tersebut.
Ke-empat bulan ini adalah Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab yang terpisah sendiri dari bulan lainnya. Saking muliannya bulan haram ini, Allah ﷻ melipatgandakan setiap amal di dalamnya, baik itu kebaikan maupun keburukan. Maka hendaknya kita berhati-hati supaya tidak jatuh dalam amal keburukan.
Sebagaimana Allah ﷻ menjelaskan keutamaan empat bulan ini dalam Alquran;
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/Ayat-empat-bulan-haram.jpg?resize=696%2C345&ssl=1)
Akan sangat sia-sia bukan kalau kita tidak memasimalkannya untuk mendulang banyak kebaikan.
Bukan hanya sebatas amalan yang dilipat gandakan, di salah satu bulan haram ini yaitu bulan Muharram, Allah ﷻ juga sudah mensyariatkan di dalamnya untuk berpuasa melalui lisan dan sunnah Nabi-Nya.
Ada dua hari khusus di bulan Muharram yang sangat dianjurkan (disunnahkan) untuk berpuasa, hari itu dikenal dengan nama Tasu’a dan Assyura (hari ke-9 dan ke-10 dari bulan Muharram). Puasa pada bulan Muharram ini menjadi salah satu puasa sunnah yang langsung dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Keistimewaan Bulan Muharram
Kedatangan Islam merupakan pelita bagi seluruh manusia, memberikan solusi atas dasar maslahat bagi seluruh umat, dan menghapus semua tradisi-tradisi jahiliyah yang bertentangan dengan fitrah manusia.
Kedatangan Nabi tatkala hijrahnya dari Makkah ke Yastrib (Madinah) juga menjadi awal mulan penanggalan Hijriyah yang dimulai dengan bulan Muharram. Walaupun begitu, bukan berarti Rasulullah ﷺ berhijarah pada bulan Muharram.
Pendapat bahwa Rasulullah ﷺ melakukan hijrah pada bulan ini adalah salah. Karena tatkala beliau berhijrah ke Madinah, ketika itu bertepatan dengan bulan Safar, dan beliau sampai di Madinah pada bulan Rabiul Awal.
Selain menjadi permulaan pada penanggalan Hiriyah dan termasuk diantara bulan-bulan haram, keutamaan lain yang terdapat pada bulan Muharram ini, diantaranya;
1. Diselamatkannya Nabi Musa dari Firaun dan Bala Tentaranya
Hari pada tanggal 10 Muharram, Allah ﷻ menyelamatkan nabi Musa As dan kaumnya (bani Israil) dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, Allah ﷻ juga menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya di laut Merah.
Hadis berikut ini juga menjadi isyarat untuk mengikuti sunnah Nabi terdahulu.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-Allah-menyelamatkan-Nabi-Musa-alaihissalam.jpg?resize=696%2C390&ssl=1)
2. Merupakan Bulan (Haram) yang Dimuliakan
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-empat-bulan-haram.jpg?resize=696%2C366&ssl=1)
3. Puasa Paling Utama Setelah Puasa Ramadhan
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-sebaik-baik-puasa-setelah-Ramadhan.jpg?resize=696%2C264&ssl=1)
Sebagaimana kita tahu bahwa puasa Ramadhan merupakan bulan mulia yang di dalamnya terdapat malam lailatul Qadar. Keutamaan puasa Muharram ini merupakan puasa yang utama setelah puasa Ramdhan.
4. Puasa yang Menghapus Dosa
Sungguh merugi seorang yang diberi kesempatan menghapus dosa-dosanya, namun tidak memaksimalkannya.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-puasa-asyura-menghapus-dosa-dosa-kecil.jpg?resize=696%2C263&ssl=1)
Puasa ‘Asyura memang menghapus dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar dapat dihapus dengan bertaubat kepada Allah ﷻ. Dan dosa yang dilakukan kepada sesama (manusia), maka selain bertaubat kepada Allah ﷻ, juga ditambah dengan memperbaiki hubungan (islah) dengan meminta maaf atau bersilaturahmi kepada yang di dzalimi.
Hukum Puasa Muharram
Pada bulan ini, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa pada sepuluh hari pertama. Namun tidak ada dalil (dasar hukum) yang pasti mengenai keutamaan puasa pada tanggal 1 Muharram.
Puasa yang masyhur (populer) di kalangan umat Muslim dan sudah diketahui hukum pensyariatannya adalah puasa pada 10 Muharram, atau lebih dikenal dengan istilah puasa Asyyura.
Kata Asyuro berasal dari kata ‘asyarah’ yang bermakna sepuluh. Sehingga puasa ini dikenal juga dengan istilah puasa Yaumu ‘Asyura.
Berdasarkan perintah Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ mengajarkan kita umatnya untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram ini sebagai rasa syukur kepada Allah ﷻ, untuk penghormatan kepada Nabi Musa As, dan untuk menghapuskan tradisi masyarakat di masa jahiliyah.
Pada awalnya puasa pada tanggal 10 Muharram (‘Asyura) ini hukumnya wajib, kemudian diubah hukumnya menjadi puasa sunnah sebagaimana puasa lain diluar Ramadhan, dan hanya mewajibkan puasa di bulan Ramadhan.
Selain itu, karena adanya kesamaan dalam ibadah puasa Muharram dengan puasa yang dilakukan oleh kaum Yahudi, maka Rasulullah ﷺ juga memerintahkan kita untuk berpuasa pada hari ke-9 di bulan Muharram (Tasu’a), guna menyelisihi ahli kitab.
Hal ini juga menjadi salah satu sunnah (ittiba’,- mengikuti) Rasululllah ﷺ yang beliau perintahkan kepada kita umatnya, yaitu menyelisihi ahli kitab dan menjauhi amalan (segala aspek yang dilakukan) mereka (tasyabbuh,- menyerupai).
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-hukum-puasa-muharram-sunnah.jpg?resize=696%2C322&ssl=1)
Tata Cara Puasa Muharram
Secara ilmiah berdasarkan Journal of Ethic Food, kesehatan yang baik dapat terbentuk dari jadwal waktu makan yang tepat, dan cara yang optimal adalah dengan melaksanakan puasa.
Tata cara puasa Muharram tidak berbeda dengan puasa lainnya, semua rukun dan syaratnya sama, yang berbeda hanya niat berpuasanya saja. Berikut niat puasa Tasu’a dan ‘Asyura.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/Niat-puasa-tasua-dan-asyura.jpg?resize=696%2C483&ssl=1)
Karena tahu besarnya keutamaan yang terdapat pada puasa Muharram, bahkan diakhir kehidupannya, Rasulullah ﷺ tetap berazzam (bertekad) untuk tidak hanya berpuasa pada tanggal sepuluh saja, tetapi juga berpuasa pada hari sebelumnya (yakni tanggal sembilan).
Maka sunnah berpuasa yang ditetapkan oleh para ulama adalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, hal ini diambil kesimpulan dari niat Nabi ﷺ untuk melaksanakannya. Walaupun pada prakteknya, Nabi ﷺ sudah wafat sebelum bisa berpuasa pada tanggal ke-sembilan.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/hadis-puasa-asyura-menghapus-dosa-setahun.jpg?resize=696%2C293&ssl=1)
Sebagaimana puasa lainnya, waktu dimulainya puasa Muharram bertepatan dengan terbitnya fajar dan berakhir ketika azan sholat Marghrib dikumandangkan.
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas ؓ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: “Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya.”
Berlandaskan hadist ini, maka disunnahkan untuk melaksanakan puasa selama 3 hari, yaitu dimulai dari tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/dalil-hadis-nabi-puasa-tasua.jpg?resize=696%2C194&ssl=1)
Menurut pendapat Al-Hafidz Ibnu Hajar; ”keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal sembilan mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal sembilan saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan yang dimaksud adalah untuk kehati-hatian, dan juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashrani. Kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat pendapatnya, yang ditunjukkan sebagian riwayat Muslim.”
Berdasarkan pendapat Al-Hafidz di Fathul Baari: ”Puasa Asyura mempunyai tiga tingkatan, yang paling rendah adalah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah dengan berpuasa pada tanggal sembilan, dan tingkatan paling tinggi ditambah dengan puasa pada tanggal sembilan dan sebelas. Wallahu a’lam.”
Nabi ﷺ mengajarkan sunnah berdasarkan apa yang diperintahkan oleh Allah ﷻ. Sunnah yang beliau ajarkan adalah puasa Muharram, maka alagkah bijaksana untuk tidak melakukan hal lain yang tidak dicontohkan oleh Nabi ﷺ. Misal seperti kepercayaan masyarakat secara turun-temurun tentang shalat dan dzikir-dzikir khusus, dst.
![](https://i0.wp.com/darsuna.com/wp-content/uploads/2021/11/pendapat-ulama-tentang-amalan-puasa-Muharram.jpg?resize=696%2C285&ssl=1)
Al-Hafidz Ibnu Qayyim berpendapat tatkala menjelaskan kaidah-kaidah untuk mengenal hadits palsu; “Hadits-hadits tentang bercelak pada hari Asyura, berhias, bersenang-senang, berpesta, sholat khusus pada hari ini, dan fadhilah-fadhilah (keutamaan) lainnya, tidak ada satupun yang shahih, tidak satupun memiliki keterangan yang kuat dari Nabi ﷺ selain hadits puasa. Adapun selainnya adalah bathil-.”
Bulan Muharram merupakan bulan haram yang Allah lipat gandakan balasan bagi setiap amal karena keutamaannya, jangan sampai kita menodai keutamaan ini dengan mengadakan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran syariat dari Nabi ﷺ.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita supaya istiqamah dan selalu dalam bimbingan-Nya, Amiin ya Rabbal ‘alamin. Wallahu A’lam.